SUNGGUMINASA— Ekspansi toko ritel modern nasional seperti Alfamart di Kabupaten Gowa kini semakin masif. Aktivis lokal menilai geliat pembangunan ini berpotensi mengancam keberlangsungan UMKM dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal.

Pantauan lapangan menunjukkan, pembangunan gerai-gerai baru ritel modern mulai menjalar ke berbagai titik di wilayah Gowa, bahkan hingga ke kawasan dataran tinggi.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, mengingat sebagian besar pelaku ekonomi di daerah tersebut merupakan pengusaha kecil dan menengah (UMKM) yang selama ini menopang roda ekonomi rakyat.
Aktivis muda Gowa, Nurhidayatullah, menilai pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap dampak jangka panjang ekspansi toko ritel modern ini.
“Kita bisa lihat sendiri, sepanjang jalan di Kabupaten Gowa dipenuhi pelaku UMKM seperti toko kelontong dan warung kecil. Kami bukan menolak pembangunan, tapi pemerintah harus jeli melihat sebab-akibatnya di masyarakat,” ujarnya. Pada Senin (16/10/25)
Nurhidayatullah menambahkan, hingga saat ini belum ada Peraturan Daerah (Perda) yang secara tegas membatasi atau mengatur pembangunan toko ritel modern di Gowa, berbeda dengan sejumlah daerah lain seperti di Sumatera Barat yang telah menerapkan pembatasan demi melindungi pelaku usaha lokal.
“Masuknya pembangunan di berbagai titik, bahkan di dataran tinggi, jelas tidak mungkin tanpa koordinasi pemerintah.”
Kami belum tahu bagaimana sikap dinas terkait dan DPRD Gowa. Apakah mereka tutup mata atau justru ikut melancarkan proses pembangunan ini?” tegasnya.
Ia juga menyoroti rencana pembangunan ritel modern di Kecamatan Parangloe, yang disebutnya sebagai bentuk abai terhadap pemerataan ekonomi daerah.
“Kami berharap Pemda dan DPRD Gowa lebih memperhatikan nasib pelaku usaha lokal di dataran tinggi. Jangan sampai ekonomi rakyat terpinggirkan oleh kepentingan bisnis besar,” pungkas aktivis asal Parangloe tersebut.
Laporan: Pen


